Jumat, 20 April 2012

bab3

BAB III METODE KERJA PRAKTIK III.1. Tempat Kerja Praktik dan Periode Kerja Praktik Setelah melalui proses pencarian yang memakan waktu beberapa lama, akhirnya penulis mendapatkan ijin persetujuan untuk melakukan kerja praktik di sebuah restoran untuk jangka waktu 2 (dua) minggu, dengan data-data sebagai berikut : III.1.1. Tempat Kerja Praktik Nama Usaha : Restoran Pusat Mang Kabayan Cibubur Alamat : Jalan Terusan Trans Yogi ( Jln Alternatif) Km 1, Cibubur, Depok, Jawa Barat Website : www.mangkabayan.com e-mail : mang_kabayan@yahoo.com Owner : PT Sumber Pangan Lestari Manajer : Kusnadi Prestasi : Pembayar Pajak Restoran Terbaik di Kota Depok selama beberapa tahun. III.1.2 Periode Kerja Praktik Waktu atau periode kerja praktik di Restoran Pusat Mang Kabayan Cibubur penulis lakukan selama 2 (dua) minggu atau 14 hari , dimulai pada tangal 18 Juli 2011 dan berakhir pada 1 Agustus 2010.

bab2

BAB II TEMPAT KERJA PRAKTIK II.1.1. Sekilas Mengenai Restoran Pusat Mang Kabayan Cibubur Restoran Mang Kabayan pertama kali dirintis dan didirikan oleh seorang pengusaha bernama Robbyanto Leumuel. Sebelum membuka usaha kuliner ini, ia bekerja sebagai professional di perusahaan jaringan ritel yang cukup kuat di Jawa Barat, JOGJA Department Store. Robby pertama kali membuka usaha restorannya di Jln. Dr. Wahidin Sudirohusodo , Cirebon pada tahun 2000. Cirebon dipilih karena waktu itu di kota tersebut belum terdapat restoran besar yang representative untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota itu. Lokasi yang dipilih sangat strategis karena berada di pusat kota yang menjadi jantung kegiatan ekonomi dan pemerintahan Kota Cirebon. Di sekitarnya berlokasi kantor-kantor pemerintah daerah dan swasta, mal terbesar di Cirebon, stasiun kereta api dan pusat hotel. Di atas tanah seluas sekitar 600 m2 yang disewa, di atasnya didirikan bangunan restoran bercorak tradisional Sunda dengan bahan bangunan dominan dari unsur bambu dan kayu. Nama Mang Kabayan dipilih karena restoran ini fokus menyajikan menu makanan dan minuman Sunda. Dengan menggunakan nama Mang Kabayan, orang akan mudah mengidentifikasi restoran ini bercorak dan menyajikan hidangan Sunda. Jenis menu masakan Sunda juga dipilih karena latar belakang Robbyanto yang lahir dan besar di Bandung, Jawa Barat yang menjadi simpul budaya kuliner Sunda. Mang Kabayan adalah nama tokoh dalam cerita rakyat lokal Jawa Barat yang sangat terkenal. Mang Kabayan identik dengan figur jenaka, jujur, terbuka, polos dan suka menolong. Maka logo yang dipilih Restoran Mang Kabayan pun melambangkan tokoh tersebut dalam posisi gambar setengah badan mengenakan busana warna putih, peci hitam dipakai miring dan sarung kotak-kotak sedang mengacungkan jempol. Warna dasar logo adalah merah yang mencolok dengan tulisan dasar, “Mang Kabayan, Masakan Sunda dan Hidangan Laut”. Namun Mang Kabayan tidak semata identik dengan nama tokoh dalam cerita rakyat Jawa Barat tersebut. Mang Kabayan juga memiliki makna yang di dalamnya tercermin visi yang akan dikembangkan dan diwujudkan ke depan. Mang Kabayan merupakan singkatan dari “Mangrupikeun Kabanggaan, Ngutamikeun Layanan”. Artinya Mang Kabayan hendak dibangun dan dikembangkan sebagai restoran berlandaskan tradisi kuliner Sunda yang menjadi kebanggan berdasarkan budaya usaha yang mengutamakan layanan yang prima. Namun keterbatasan sumber dana menjadi salah satu kendala untuk langkah ekspansi tersebut. Peluang kemudian terbuka setelah Robby bertemu dengan seorang pengusaha property bernama Hendra yang memiliki lahan yang sangat strategis dan masih kosong di Jalan Terusan Trans Yogi, atau kemudian lebih terkenal dengan Jalan Alternatif Cibubur. Bersama satu orang pengusaha lain asal Cirebon bernama Robert, mereka bertiga kemudian membentuk PT Sumber Pangan Lestari. Di dalam perusahaan ini, mereka bertiga memiliki saham sama besar (33,33%). PT Sumber Pangan Lestari memiliki visi dan misi sebagai berikut : Visi - Menjadi Jaringan Restoran yang menjadi Kebanggaan Masyarakat dengan Mengutamakan Pelayanan Kepada Pelanggan. Misi - Memberikan produk makanan dan minuman terbaik untuk tercapainya kepuasan masyarakat pelanggan. - Memberikan nilai lebih terhadap setiap pembelanjaan konsumen pelanggan. Perusahaan ini menjadi payung usaha Restoran Mang Kabayan Cibubur yang akan mereka dirikan, sedangkan Restoran Mang Kabayan Cirebon yang sudah ada sebelumnya kepemilikannya tetap di tangan pribadi Robbyanto. Di atas lahan sekitar 1000 m2, didirikan bangunan bernuansa tradisional Sunda dengan bahan bangunan dominan bambu seperti Mang Kabayan Cirebon. Dari total luas lahan tersebut sekitar 600 m2 untuk bangunan dan sisanya untuk sarana parkir dan bangunan-bangunan pendukung seperti gardu satpam dan tempat tunggu sopir. II.1. 2. Menu Tradisional Sunda Sebagai Andalan Dengan memilih strategi usaha restoran yang khusus menyajikan menu makanan dan minuman tradisional Sunda, maka ragam makanan dan minuman yang dijual pun lekat dan erat dengan kuliner etnis Sunda. Sunda adalah sebutan untuk kelompok suku atau etnis yang mendiami wilayah Jawa Barat dan Banten. Sunda merupakan kelompok etnis terbesar kedua di Indonesia setelah Jawa. Dalam tradisi kuliner mereka, masakan Sunda memiliki karakteristik yang khas yang membedakan dengan tradisi kuliner kelompok-kelompok etnis lain di Indonesia. Makanan Sunda dikenal luas dalam hal pemakaian bahan baku yang segar dengan dominasi aneka sayuran dan ikan air tawar. Tak ada masakan Sunda tanpa sayuran, baik yang dimasak maupun dijadikan lalapan. Sayuran-sayuran yang biasa ada dalam masakan Sunda antara lain kangkung, kol, bayam, daun singkong, genjer, kacang panjang, daun poh-pohan, terung dan sebagainya. Sayur-sayuran jenis ini biasanya dimasak dalam bentuk ditumis, dijadikan sayur asem atau disajikan dalam bentuk rebus dan mentah sebagai lalapan bersama sambal. Jenis masakan lain yang tidak boleh ditinggalkan dalam sajian masakan Sunda adalah aneka pepes (tahu, jamur, ikan mas, peda, teri atau oncom) dan aneka sambal (dadak, oncom, terasi, mangga muda, udang, kecap dan sebagainya). Adapun untuk lauk pauk teman makan nasi, masakan Sunda memiliki banyak varian menu yang berasal dari bahan ikan air tawar, ayam, daging sapi dan ikan laut. Semua bahan baku sebelum dimasak harus melalui control menyangkut kesegaran, kebersihan, dan ukuran-ukuran kualitas lainnya. Agar cita rasa makanan dan minuman betul-betul sesuai dengan cita rasa masakan Sunda, tenaga produksi atau tukang masak dan para staf dapur lainnya telah melalui proses seleksi yang ketat dan semua bekerja berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP) yang ketat. Tenaga-tenaga dapur senior direkrut dari mereka yang sudah berpengalaman di usaha sejenis. Sedangkan staf dapur yunior direkrut dari karyawan yang sudah memiliki sedikit pengalaman atau staf baru yang kemudian dididik sendiri secara in house. Sebagian besar dari mereka berasal dari etnis Sunda seperti dari Tasikmalaya, Garut, Sumedang , Ciamis, atau Karawang. Untuk satu outlet restoran seperti Mang Kabayan Cibubur membutuhkan tenaga di bagian dapur sekitar 18 orang II.1.3 Ekspansi Dengan Pola Waralaba Sebagaimana disebutkan di atas, kehadiran Restoran Mang Kabayan di Jalan Alternatif Cibubur cukup fenomenal dan menjadi salah satu model restoran dengan menu masakan tradisional Indonesia (Sunda) yang sukses menarik konsumen. Bahkan karena keuntungan yang didapat dari operasional restoran ini cukup besar, pemilik PT Sumber Pangan Lestari, perusahaan yang menjadi payung usaha Restoran Mang Kabayan mampu menyisihkan sebagian keuntungan usaha tersebut untuk pengembangan usaha dalam bentuk pembukaan cabang baru. Maka lahirlah Restoran Mang Kabayan Cabang Bintaro Jaya yang berlokasi di Jalan Veteran. Kinerja usaha Restoran Mang Kabayan yang sangat meyakinkan dan selalu ramai pengunjung menjadi wajar jika kesuksesan ini mengundang banyak orang , terutama mereka yang memiliki modal untuk mengajak kerja sama mengembangkan restoran ini dengan pola kerja sama waralaba (franchise). Waralaba (franchise) adalah sebuah konsep kerja sama bisnis antara dua pihak dan menjadi salah satu aternatif pengembangan usaha (ekspansi) yang lahir pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1950-an. Waralaba masuk ke Indonesia pada tahun 1970-an, namun baru berkembang pesat memasuki tahun 1980-an. Waralaba menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 42/2007 didefinisikan sebagai “ Hak khusus yang dimiliki orang perorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan / atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan / atau digunakan oleh pihak lain (orang atau badan hukum) berdasarkan perjanjian waralaba.” Berdasarkan pengertian di atas, maka waralaba mengandung dua unsure dasar, yaitu : 1) Sistem bisnis (dalam rangka pemasaran) yang telah terbukti berhasil. 2) Sistem bisnis tersebut dapat dimanfaatkan/ digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Kondisi itu menjadi pertimbangan pemilik PT Sumber Pangan Lestari, perusahaan yang menjadi payung usaha Restoran Mang Kabayan Cibubur saat memutuskan mengembangkan lebih lanjut Restoran Mang Kabayan Cibubur menjadi sebuah jaringan berdasarkan pola waralaba (franchise). Maka pada bulan Maret 2006 dibukalah outlet pertama Restoran Mang Kabayan denga kerja sama waralaba di Jalan Margonda Raya Depok. Dari Depok, roda ekspansi terus menggelinding ke kawasan Bumi Serpong Damai, Pondok Indah dan Harapan Baru Bekasi. Saat ini jaringan Restoran Mang Kabayan memiliki 6 ( enam) outlet, yaitu : 1) Restoran Pusat Mang Kabayan, Jln Alternatif Cibubur. 2) Restoran Mang Kabayan Bintaro, Jalan Veteran Bintaro Jakarta Selatan. 3) Restoran Mang Kabayan Depok, Jln Margonda Raya Depok 4) Restoran Mang Kabayan Pondok Indah, Jalan Arteri Pondok Indah Jakarta Selatan. 5) Restoran Mang Kabayan BSD, Jln Raya Bumi Serpong Damai, Tangerang. 6) Restoran Mang Kabayan Bumi Harapan Indah, Kompleks Bumi Harapan Indah Bekasi. Dari 6 (enam) outlet jaringan Restoran Mang Kabayan tersebut, empat outlet merupakan pengembangan berdasarkan pola waralaba, yaitu Depok, BSD, Pondok Indah, dan Harapan Indah. Sedangkan dua outlet lainnya (Cibubur dan Bintaro) merupakan cabang yang sahamnya dimiliki sendiri oleh PT Sumber Pangan Lestari (company owned).

bab 1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Makan dan minum adalah kebutuhan dasar manusia di manapun mereka berada. Dalam masyarakat tradisional, makan dan minum lebih untuk memenuhi kebutuhan tubuh dari rasa lapar dan haus. Mereka mencari bahan-bahan makanan dan minuman yang telah disediakan oleh alam, baik berupa binatang buruan atau tanaman. Dengan teknik pengolahan dan bumbu-bumbu yang masih sangat sederhana, mereka menyajikan makanan dan minuman untuk anggota keluarga atau anggota komunitas mereka. Pengetahuan mengenai kandungan gizi dan vitamin yang terkandung dalam bahan makanan, teknik memasak yang bisa membuat rasa makanan dan minuman menjadi lezat dan cara penyajian yang menarik belum berkembang dengan baik. Berbeda halnya dengan masyarakat moderen di mana urusan makan dan minum tidak hanya semata-mata untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga. Masyarakat moderen telah memberikan nilai lebih pada makanan dan minuman selain untuk memenuhi kebutuhan tubuh tetapi juga sebagai bagian dari gaya hidup (life style). Seiring dengan itu, berkembang pula ilmu membuat dan menyajikan makanan dan minuman (culinary) untuk memenuhi kebutuhan manusia moderen yang suka mencari hiburan di luar rumah bersama anggota keluarga dengan cara makan-makan di luar (dining out) , menjamu tamu atau relasi, baik dalam bentuk jamuan di rumah atau di tempat-tempat makan khusus yang kemudian dikenal sebagai rumah makan atau restoran. Karena menjadi bagian tak terpisahkan dari kebutuhan dasar manusia, banyak orang meyakini bahwa bisnis makanan dan minuman tak akan pernah mati. Selagi manusia masih tinggal di muka bumi, mereka akan tetap membutuhkan makanan dan minuman. Dalam kondisi damai atau perang, dalam kondisi ekonomi suatu negara sedang baik atau tengah terkena krisis / resesi, semua orang tak akan melupakan makan dan minum. Karena itu, bisnis ini termasuk kebal krisis (recession proof). Hal ini bisa ditunjukkan ketika Indonesia ditimpa krisis ekonomi yang sangat serius pada tahun 1997/1998, bisnis makanan dan minuman justru tumbuh pesat. Di Jakarta dan di berbagai kota besar muncul pusat-pusat jajanan yang dibuka oleh para pengusaha dadakan, yaitu para pekerja atau karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena tempat kerjanya tutup atau bangkrut karena terkena krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis moneter. Memasuki tahun 2000-an, bisnis makanan dan minuman di Indonesia semakin tumbuh pesat. Selain didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang cukup bagus dan stabil , bisnis ini juga didorong oleh perkembangan selera konsumen. Iklim usaha rumah makan atau restoran yang sangat bagus ini dipengaruhi oleh beberapa factor. Pertama, memasuki era 2000-an liputan media massa, baik cetak dan elektronik terhadap dunia kuliner sangat pesat. Saat ini hampir semua stasiun TV, media cetak dan media online porsi pemberitaan atau tayangan yang cukup banyak mengenai dunia kuliner. Bahkan di media cetak ada media yang mempunyai spesifikasi khusus memuat berbagai hal mengenai dunia kuliner. Kedua, sebagaimana telah disinggung di atas, dunia kuliner telah berkembang sebagai bagian dari gaya hidup (life style) manusia moderen. Maka berkembang semboyan YOU ARE WHAT YOU EAT. Apa yang Anda makan, menunjukkan siapa jati diri Anda dan mencerminkan citra dan status Anda di msyarakat. Banyak keluarga kelas menengah ke atas yang menyisihkan anggaran khusus yang dialokasikan untuk aktivitas makan-makan di luar bersama keluarga. Jika di waktu lalu pembicaraan-pembicaraan bisnis lebih banyak dilakukan di kantor, saat ini sudah umum jika pembicaraan bisnis antara satu orang dengan relasi atau mitra bisnisnya dilakukan di restoran atau tempat makan. Banyak pusat perbelanjaan atau mal yang di waktu lalu menempatkan tempat makan (food court) di tempat yang kurang strategis, saat ini banyak mal menengah ke atas yang menempatkan tempat makan di posisi yang sangat strategis dan didisain secara eksklusif. Hal itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat makan yang nyaman dan menyajikan menu-menu yang enak dan variatif. Ketiga, sebagian masyarakat menilai bahwa bisnis kuliner telah berkembang menjadi bagian dari ekonomi kreatif yang mendapat dukungan berupa iklim usaha dan berbagai macam aturan yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya bisnis ini. Sebagai bagian dari ekonomi kreatif, dunia kuliner telah berkembang sedemikian pesat dalam hal penciptaan aneka menu makanan dan minuman baru, teknik-teknik penyajian yang baru dan sebagainya. Tak bisa dimungkiri bahwa usaha rumah makan, restoran atau kafe telah berkembang pesat di Indonesia dalam kurun 20 tahun belakangan ini. Di kota-kota besar selain banyak berdiri restoran yang dimiliki oleh pengusaha lokal dan nasional, belakangan juga banyak berdiri restoran yang menjadi cabang atau bagian dari jaringan restoran asing. Menurut data dari situs binaukm.com, jumlah restoran atau rumah makan di Indonesia pada tahun 2011 ini telah mencapai sekitar 250.000 unit. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 36.000 yang berbentuk badan hokum. Dari jumlah itu, hanya sekitar 10.000 yang masuk kategori usaha restoran yang mapan dan kuat. (binaukm.com).

marketing research+doc

Nama: Pandu Wiranegara Kelas:3dd01 Npm:30208949 Tahap-tahap melakukan riset pemasaran Written by Cut Haji Muna Kartika Monday, 12 May 2008Untuk menyediakan informasi yang dapat diandalkan, riset pemasaran menggunakan metode yang sistematik dan obyektif. Sistematik dan obyektif mengandung arti bahwa riset pemasaran menggunakan beberapa tahap yang merupakan kesatuan logis sehingga hasilnya dapat diterima atau dipahami semua pihak. Penggunaan beberapa tahap dalam riset pemasaran ini diperlukan untuk menjamin agar informasi yang dihasilkan benar-benar valid. Namun demikian perlu dipahami bahwa tahap-tahap dalam riset pemasaran tidak bersifat baku sehingga tahapan di sini dimaksudkan sebagai kerangka yang memudahkan dan menjamin hasil riset sesuai dengan yang diharapkan. Riset pemasaran terdiri dari 10 tahap yaitu: a. Menetapkan masalah riset Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh periset dalam menetapkan masalah riset adalah: 1. Memperoleh pandangan klien mengenai masalah yang sebenarnya terjadi 2. Mempertimbangkan sumber dan jenis informasi yang sebenarnya dibutuhkan oleh klien 3. Mengkombinasikan masukan informasi dari pihak klien dengan periset b. Penentuan desain riset Desain riset akan menggambarkan perencanaan yang akan dilakukan dalam riset dan mengacu pada masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada tahap inilah periset perlu merinci dengan detil prosedur yang diperlukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk menjawab masalah riset dan menyediakan informasi yang dibutuhkan bagi pengambilan keputusan Terdapat tiga jenis desain riset, yaitu: 1. Eksploratori à tujuan utama riset adalah untuk memperoleh pandangan yang mendalam dan menyeluruh mengenai masalah yang sebenarnya dihadapi perusahaan. Jadi informasi yang dicari sekedar untuk mengetahui permasalahan dasar. 2. Deskriptif à tujuan utama riset adalah untuk menggambarkan sesuatu 3. Kausal à tujuan utama riset adalah untuk membuktikan hubungan sebab akibat atau hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-variabel yang diteliti c. Metode pengumpulan data (primer atau sekunder) Data primer adalah data asli yang dikumpulkan langsung oleh periset untukmenjawab masalah risetnya secara khusus Cara mengumpulkan data primer adalah dengan: 1. Wawancara 2. Focus group discussion 3. Teknik proyeksi 4. Survei 5. Observasi 6. Eksperimen Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain, bukan oleh periset sendiri. Artinya, periset sekedar mencatat, mengakses, atau meminta data tersebut (kadang sudah berbentuk informasi) ke pihak lain yang telah mengumpulkannnya di lapangan. d. Penentuan desain pertanyaan, skala dan alat analisis Pada tahap ini periset perlu melakukan tiga aktivitas sebagai berikut: 1. Merancang pertanyaan atau kuesioner yang akan ditanyakan kepada pihak yang disurvey. Pertanyaan dalam kuesioner dapat bersifat terbuka ataupun tertutup 2. Merancang skala penilaian hasil kuesioner 3. Merancang alat analisis yang akan digunakan dalam menilai kuesioner e. Menentukan metode pengambilan sampel dari populasi yang diteliti f. Penulisan dan penyampaian proposal riset. Pada tahap ini periset menyiapkan dokumentasi yang berisi: 1. Ringkasan eksekutif yang menyampaikan poin utama yang akan dijalankan dalam riset 2. Latar belakang masalah 3. Penentuan masalah dan tujuan riset 4. Pendekatan terhadap permasalahan dengan menampilkan literatur, teori atau pendekatan yang akan digunakan sebagai rujukan riset 5. Desain riset yang mencakup jenis data yang akan dikumpulkan dan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data 6. Analisis data dengan menguraikan cara menginterpretasikan data yang akan dianalisa 7. Pelaporan yang akan dihasilkan dari riset tersebut 8. Waktu dan biaya riset 9. Lampiran-lampiran yang diperlukan dalam riset, misalnya: format kuesioner g. Pengumpulan data h. Pengeditan, pengkodean, dan penginputan data i. Analisis dan penginterpretasian hasil riset j. Penulisan dan penyampaian laporan akhir